Tabdzir

Sekali-kali marilah merenung sejenak bersama, berapa banyak pemubadziran akan dilakukan menjelang dan saat “pesta pemilu”.
***

Kita tidak bicara perkara penghambur-an duit suap menyuap, sogok menyogok, atau pembelian suara, karena itu sudah pasti ada tanggungjawabnya kelak di hadapan Allah.

Kita tidak bicara sedikit banyaknya uang untuk kain-kain bergambar yang ditebarkan di seluruh pelosok tanah air. Pastinya tidak hanya ratusan juta tetapi milyaran rupiah, pada saat banyak anak-anak yang bunuh diri karena malu orang tuanya belum bisa membayarkan SPP, atau mengambilkan ijazah kelulusan yang hanya puluhan atau ratusan ribu rupiah saja.

Kita tidak mempermasalahkan berapa milyar yang dibutuhkan untuk bensin demi arak-arakan di jalanan yang bikin pekak telinga. Jika ada 1 juta saja yang turun kejalan dengan satu liter bensin Rp.5.000,- itu sudah 5 milyar rupiah. Bisa untuk mencegah anak-anak, remaja, atau orang tua-orang tua yang bunuh diri terjepit urusan ekonomi, yang terus terdengar beritanya dari waktu ke waktu.

Kita tidak mempermasalahkan dosa janji-janji palsu, dusta, kebohongan, caci-mencaci, hujat-menghujat, injak-menginjak dan saling menjatuhkan yang gemuruhnya memenuhi kolong langit negeri ini pada masa pesta itu. Karena pasti sia-sia jika menagih, lantaran mereka orang-orang yang tidak bodoh bersilat lidah dan bukan berotak dengkul sehingga tak sulit beralasan.

Entah diingatkanpun mungkin telinga-nya tak mau mendengar atau sudah terlanjur tuli. Apa lagi jika dari rakyat jelata, setelah para ustad dan kyai bisa mereka seret, kelabui dan kibuli. Tetapi para malaikat pasti telah mencatat kata demi kata yang keluar dari setiap mulut.

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. 50:18)

“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. 82: 10-12)

“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut.Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu, kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.(Allah berfirman) “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan”. … (QS. 45:28-30)

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (QS. 21:47)

Rasulullah telah memberitahukan: “Tak akan bergeser kaki seorang hamba, sehingga ia ditanya tentang empat hal; Tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya apa yang ia amalkan dengan ilmu itu, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan, dan tentang badannya untuk apa ia kkorbankan/gunakan”

Semua itu dan urusan lain sekitarnya, terpulang kepada masing masing karena akan ditanya Allah setiap rupiah yang telah Allah berikan, setiap kata yang di ucapkan dan setiap makar yang di lancarkan.
***

Tetapi pemubadziran yang dimaksudkan ialah pemubadziran kesadaran manusia. Berapa banyak manusia hari ini sadar dan terjaga dari lamunan yang panjang. Berapa banyak yang dari kesadaran ini bangkit bekerja karena kesadaran itu? Tetapi berapa banyak kesadaran yang ada pada mereka itu tergunakan untuk kebaikan islam dan dakwah?

Tidakkah merasa rugi bila mampu menarik berjuta manusia mendengar jeritan dan pekikan sehingga sanggup bekerja, berjaga, menarik calon pemilih dan keluar habis-habisan tenaga dan uang untuknya. Tetapi semua itu disalurkan pada cita-cita yang rendah. Kemana semua ini bila menang atau kalah nanti. Ia akan hanyut, dingin dan beku lagi.
***

Tidak salah ke jalan raya, asalkan akhirnya membentuk hati dan jiwa manusia. Karena Islam ini fitrahnya di hati bukan di spanduk, slogan, semboyan, jalanan dan kotak pemilu.

Umar bin Khottob, ra telah mengingatkan “Kita telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka barangsiapa yang mencari kemuliaan selain dengan Islam, maka Allah akan menghinakannya.“
Dengan Islam, dengan cara Islam.
***

Kita tidak katakan boikot pemilu dan masuklah kembali ke pondok-pondok dan buka lagi kitab-kitab lama. Tetapi kalau itu yang terbaik untuk islam. Maka kembalilah menyelak lembaran-lembaran lama yang kita tinggalkan itu.

Siapa pun tidak mau mereka yang yang zalim, jahat dan kejam menjadi pemimpin. Orang bodohpun akan berfikir lima-enam kali. Namun, kenapa mereka yang zalim, kejam dan sadis masih dijulang. Karena, jiwa ummah belum dibina. Mereka yang tidak punya jiwa akan memilih mereka yang tidak punya jiwa. Takkan harimau mau memilih gajah menjadi raja rimba.

Karena itu perlu diyakini, ummah tenggelam hari ini bukan karena kurang mempelajari perkara negara atau politik. Tetapi ummah hari ini terlupa membaca dan memahami wahyu dari Pemilik langit dan bumi.

Tidak ada jalan pintas menuju ke syurga. Sekiranya ada tentu Rasul junjungan dan Sahabat memilihnya. Tetapi mereka rela menjalani hidup susah di kota Makkah, menempuh laluan getir hijrah, mendatangi jerih medan Badar, menjejak denai berliku uhud dan kemudian barulah mereka mampu mengibarkan panji kemenangan fathu Makkah.

Adakah kita rasa kita bisa menang dengan banyaknya jumlah? Adakah kita rasa kita bisa menang dengan terbangunnya masjid terbesar dan termegah se-Asia? Adakah kita rasa kita bisa menang dengan gugurnya calon kelompok pihak lawan?

Kita mungkin terlupa dimana badar dan uhudnya perjuangan ini. Atau kita sengaja terlupa bahwa Allah lebih mengenal siapa tentaraNya.
***

Esok, akan terbuka lembaran yang selama ini tertutup rapat. Keputusan terumum jua. Yang menang yang banyak duit dan yang berani bermain kotor.
Yang bersemangat dengan Islam akan gugup menahan cobaan pedih yang entah kali ke berapa.
Tangisan akan menggantikan zikir dan wirid, hutang akan menggantikan infaq yang dinanti. Seluruh masa dan tenaga akan tertabdzir dengan nasehat lama “jangan putus asa, kita kalah karena mereka menipu”.

Dan lebih parah lagi, ummah akan terus tenggelam. Mereka yang tidak punya jiwa akan terus memimpin.
***

Tulisan ini sekadar renungan untuk jiwa yang rasa terpanggil untuk berhenti dan berfikir. Apa pun jua, kita sama-sama yakini, Allah akan menyempurnakan cahayaNya. Adapun, pada tangan siapa dan bagaimana, biarlah sirah junjungan jadi panduan dan kitab suci jadi bekalan.



_____________
Mutiara Amaly

No comments:

Post a Comment

Assalaamualaikum....
Ini web saya yang baru yang bisa di kasih coment yang ngawur.... alias terserah aja feh. he he