3 IDIOT???
aneh sekali judul film ini ketika sampai ditelinga saya..
Siapa yang tau akan film ini?? emm.. kalau menurut ahan sangat bagus filmnya karena mengandung berbagai manfaat yang dapat di ambil dari film tersebut.. terutama dalam bidang pendidikan dalam sub menu pengajaran..
hal ini dapat menjadikan contoh para guru/dosen semua kalangan pengajar dalam melakukan pengajaran.
Begitu pula untuk Orangtua, film ini juga dapat di ambil manfaatnya oleh orang tua dalam mendidik anaknya dengan tidak menekan anaknya untuk menjadi seperti yang orangtua inginkan /cita2kan..
Film ini juga ada romantis2nya, Lucunya, dan Bikin terharu juga lho..hem3x.. :-)
baiklah langsung simak aja deh artikel manfaat yang dapat di ambil dari film 3 Idiot :
Film India 3 Idiots diproduseri oleh Vidhu Vinod Chopra, menceritakan tentang tiga mahasiswa yang kuliah di Imperial College of Engineering (ICE) yakni Rachhondas Shamaldas Chanchad (Racho), Farhan Qureshi (Farhan) dan Raju Rastogi (Raju). Dikampus mereka selalu dipanggil idiot. Rektor ICE, Dr. Viru Shastrabhuddhi (Mr Virus) sangat tegas terhadap mahasiswanya, ia berani tidak meluluskan bahkan sampai mengeluarkan mahasiswa yang menentang dan tidak sesuai keinginannya, akibatnya mereka yang tidak tahan dengan perlakuan Mr Virus lebih memilih bunuh diri daripada membuat orang tua sedih karena melihat anaknya tidak lulus seperti yang dilakukan oleh Joy Loba. Raju juga hampir mati seperti Joy Loba. Raju anak orang miskin, ia ingin cepat bekerja untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Raju memiliki sifat penakut jadi ia banyak berdoa. Racho berhasil merubah cara berfikir Raju sehingga ia bisa lulus dan bekerja di perusahaan. Sedangkan Farhan, ia dipaksa orang tuanya jadi insinyur padahal minat dan jiwanya ada pada photo hewan, ia ingin menjadi wild life photographer, Racho berhasil memotivasi Farhan untuk mewujudkan keinginannya dan orang tua Farhan mengijinkannya menjadi photographer, ia menjadi asisten Andre Istvan (wild life photographer) di Brazil. Kemudian Racho, ia seorang anak yang cerdas, ia ke kampus untuk belajar bukan untuk ijazah, ia mencintai dan menjiwai mesin karena itu ia berhasil menjadi lulusan terbaik. Sebenarnya ia anak yatim piatu yang biasa dipanggil Chhote, ia disekolahkan oleh Bapaknya Racho dengan tujuan ijazah yang ia peroleh untuk dan atas nama anaknya. Setelah sekian tahun, Phunsuk Wangdu alias Racho menjadi ilmuan besar yang memiliki 400 hak paten. Ia berhasil mengalahkan Chathur, mahasiswa pintar tapi sombong yang belajar hanya menghafal tanpa memahami. Itulah cerita singkat film 3 Idiots, banyak pelajaran berharga yang bisa diambil sekaligus sebagai renungan bagi orang tua, para pendidik (guru dan dosen), para siswa dan mahasiswa. Berikut point pentingya.
Bersaing atau mati. Inilah gambaran pendidikan di negeri kita, para siswa diajarkan untuk bersaing dengan teman-temannya dalam hal nilai ataupun kelulusan sehingga tidak aneh ada siswa yang bunuh diri sebelum Ujian Nasional (UN) berlangsung karena takut bersaing dengan temannya atau ada yang bunuh diri setelah mengetahui tidak lulus karena telah kalah bersaing dengan temannya. Mereka lebih mudah menghadapi kematian daripada kegagalan.
Tekanan dalam belajar. Orang tua menginkan anaknya mendapat nilai tinggi di sekolah tanpa memperdulikan anaknya sanggup atau tidak memperoleh nilai tinggi tersebut. Ketika nilai anaknya rendah, tidak naik kelas bahkan tidak lulus, orang tua marah kepada mereka, padahal jiwa anak sangat tertekan. Guru dan kepala sekolah menginginkan semua siswa lulus ujian walaupun dengan cara yang curang baik oleh siswa itu sendiri maupun difasilitasi oleh sekolah. Semua siswa ditekan mereka harus lulus, mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh karena akan sangat memalukan dan dimarahi apabila tidak lulus.
Bagaimana memperoleh nilai bagus, bukan memperoleh pengetahuan. Baik siswa maupun mahasiswa, mereka diajarkan memperoleh nilai bagus dengan menghafal semua isi buku tanpa memahami dan menjadikannya pengetahuan yang akan diterapkan dalam kehidupan. Akibatnya ketika mereka naik ketingkatan selanjutnya, mereka lupa dengan materi yang diajarkan oleh guru atau dosen sebelumnya karena dalam frame berfikir mereka, ketika mereka sudah mendapatkan nilai tinggi maka selesailah pelajaran/perkuliahan. Inilah bukti apa yang mereka pelajari tidak menjadi pengetahuan tapi lebih kepada value oriented yakni nilai yang tinggi. Mereka berusaha keras mendapatkan nilai yang mereka inginkan tanpa peduli mereka paham atau tidak, bisa mengamalkannya atau tidak.
Diberi waktu belajar, maka akan terlihat siapa yang cepat dan siapa yang lambat. Siswa bercepat-cepatan dalam menjawab pertanyaan guru dengan waktu yang sudah ditentukan, terjadi kompetensi antar siswa sehingga terlihat siapa yang cepat dan siapa yang lambat. Mahasiswa juga berkompetensi dalam waktu yang sudah ditentukan, akan terlihat siapa yang cepat lulus dan siapa yang lambat lulus sehingga banyak mahasiswa yang memilih study oriented dan value oriented.
Pengumuman hasil tes memperlihatkan kelemahan seseorang dimuka umum. Bagi sebagian siswa atau mahasiswa ketika melihat pengumuman hasil tes bisa termotivasi untuk menjadi lebih baik, tapi ada juga yang down setelah melihat nilainya rendah. Dari pengumuman hasil tersebut juga bisa dilihat nilai teman, apakah lebih tinggi atau lebih rendah. Tapi ketika melihatnya bisa saja muncul perasaan ‘jika temanmu gagal kau akan merasa sedih tapi jika temanmu menjadi yang terbaik kau akan lebih sedih’. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan down, malu ataupun sedih alangkah baiknya nilai tidak diumumkan di depan umum; kalaupun tetap diumumkan tidak perlu ditulis nama cukup nomor tes, induk atau sejenisnya.
Sekolah untuk belajar bukan sekedar untuk ijazah. Kuliah untuk belajar bukan sekedar untuk titel. Sebagian orang berfikir untuk memperoleh pekerjaan yang layak perlu ijazah sehingga mereka harus sekolah dan kuliah, setelah lulus mereka menggunakan ijazahnya untuk bekerja ditempat yang mereka inginkan bahkan tanpa melihat lagi apakah pekerjaan tersebut sesuai bidang keilmuan mereka atau tidak. Ada orang yang bekerja tidak sesuai dengan keilmuan ataupun titelnya seperti seorang sarjana hukum menjadi guru, seorang sarjana kehutanan bekerja di kantor, dsb. Itulah bukti mereka kuliah bukan untuk memperoleh ilmu tapi lebih kepada untuk memperoleh ijazah dan titel. Bagi mereka yang sungguh-sungguh belajar kelak akan menjadi orang yang sukses.
Mencintai materi pelajaran/perkuliahan dan menjiwainya. Dengan mencintai dan menjiwai materi pelajaran/perkuliahan maka apapun yang dipelajari akan menjadi pengetahuan dan bisa diterapkan dalam kehidupan.
Jalani pekerjaan yang dikuasai. Orang tua diharapkan tidak memaksakan keinginannya kepada anaknya, biarkan mereka memilih sendiri pekerjaan yang mereka inginkan dan kuasai agar mereka bahagia. Jangan sampai ada anak yang terpaksa bekerja yang bukan jiwa atau minatnya. Biarkan anak memilih apa yang terbaik untuk dirinya selama masih dalam koridor kebaikan.
Berhasil karena kemampuan sendiri. Tanamkan kejujuran pada setiap siswa/mahasiswa. Kadang masih ditemukan ada siswa/mahasiswa yang curang saat ujian demi nilai, seharusnya mereka belajar dengan sungguh-sungguh sehingga mereka bisa berhasil karena kemampuan mereka sendiri bukan bantuan buku, catatan kecil atau teman di samping.
Kesimpulan film 3 Idiots adalah sekolah/kuliah tidak untuk ijazah tapi untuk ilmu dan jika ingin bekerja carilah yang sesuai dengan jiwa atau bakat bukan karena kehendak orang tua. Kejarlah kesempurnaan maka kesuksesan akan mendatangi. Bila menghadapi sesuatu berfikirlah semuanya akan baik-baik saja (aal iz well). Kalimat terakhir film tersebut ‘anak-anak! berfikirlah efisien maka kesuksesan ada dibelakangmu’.
Sistem kapitalis-sekular dengan asas manfaat ataupun materi yang menimbulkan berbagai persoalan pendidikan tersebut. Sistem yang memaksa orang ketika ingin bekerja harus memiliki ijazah dan ijazah hanya akan diperoleh dengan sekolah. Ketika ingin bekerja pada pekerjaan yang layak salah satunya PNS maka mereka harus sarjana. Sementara biaya pendidikan begitu tinggi dan kalaupun bisa kuliah bukan untuk belajar (memperoleh pengetahuan) tapi sebatas untuk ijazah dan titel. Ditambah lagi, standar kelulusan hanya dilihat dari angka-angka hasil tes saja, bukan dari kualitas kepribadian atau pengamalannya dalam kehidupan.
Berbeda dengan sistem pendidikan Islam, peserta didik benar-benar memahami ilmu yang diterimanya karena kesadaran akan kewajiban menuntut ilmu karena Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, standar kelulusan tidak hanya dilihat dari angka-angka hasil tes saja tapi juga tingkat kualitas kepribadian Islamya. Adanya negara Khilafah yang menerapkan sistem Islam termasuk pendidikan Islam yang akan menjaga aqidah ummat, menjamin setiap orang dapat mengenyam pendidikan setinggi-tinggi tanpa dipungut biaya (gratis) dan mewujudkan kesejahtraan ummat. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Bersaing atau mati. Inilah gambaran pendidikan di negeri kita, para siswa diajarkan untuk bersaing dengan teman-temannya dalam hal nilai ataupun kelulusan sehingga tidak aneh ada siswa yang bunuh diri sebelum Ujian Nasional (UN) berlangsung karena takut bersaing dengan temannya atau ada yang bunuh diri setelah mengetahui tidak lulus karena telah kalah bersaing dengan temannya. Mereka lebih mudah menghadapi kematian daripada kegagalan.
Tekanan dalam belajar. Orang tua menginkan anaknya mendapat nilai tinggi di sekolah tanpa memperdulikan anaknya sanggup atau tidak memperoleh nilai tinggi tersebut. Ketika nilai anaknya rendah, tidak naik kelas bahkan tidak lulus, orang tua marah kepada mereka, padahal jiwa anak sangat tertekan. Guru dan kepala sekolah menginginkan semua siswa lulus ujian walaupun dengan cara yang curang baik oleh siswa itu sendiri maupun difasilitasi oleh sekolah. Semua siswa ditekan mereka harus lulus, mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh karena akan sangat memalukan dan dimarahi apabila tidak lulus.
Bagaimana memperoleh nilai bagus, bukan memperoleh pengetahuan. Baik siswa maupun mahasiswa, mereka diajarkan memperoleh nilai bagus dengan menghafal semua isi buku tanpa memahami dan menjadikannya pengetahuan yang akan diterapkan dalam kehidupan. Akibatnya ketika mereka naik ketingkatan selanjutnya, mereka lupa dengan materi yang diajarkan oleh guru atau dosen sebelumnya karena dalam frame berfikir mereka, ketika mereka sudah mendapatkan nilai tinggi maka selesailah pelajaran/perkuliahan. Inilah bukti apa yang mereka pelajari tidak menjadi pengetahuan tapi lebih kepada value oriented yakni nilai yang tinggi. Mereka berusaha keras mendapatkan nilai yang mereka inginkan tanpa peduli mereka paham atau tidak, bisa mengamalkannya atau tidak.
Diberi waktu belajar, maka akan terlihat siapa yang cepat dan siapa yang lambat. Siswa bercepat-cepatan dalam menjawab pertanyaan guru dengan waktu yang sudah ditentukan, terjadi kompetensi antar siswa sehingga terlihat siapa yang cepat dan siapa yang lambat. Mahasiswa juga berkompetensi dalam waktu yang sudah ditentukan, akan terlihat siapa yang cepat lulus dan siapa yang lambat lulus sehingga banyak mahasiswa yang memilih study oriented dan value oriented.
Pengumuman hasil tes memperlihatkan kelemahan seseorang dimuka umum. Bagi sebagian siswa atau mahasiswa ketika melihat pengumuman hasil tes bisa termotivasi untuk menjadi lebih baik, tapi ada juga yang down setelah melihat nilainya rendah. Dari pengumuman hasil tersebut juga bisa dilihat nilai teman, apakah lebih tinggi atau lebih rendah. Tapi ketika melihatnya bisa saja muncul perasaan ‘jika temanmu gagal kau akan merasa sedih tapi jika temanmu menjadi yang terbaik kau akan lebih sedih’. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan down, malu ataupun sedih alangkah baiknya nilai tidak diumumkan di depan umum; kalaupun tetap diumumkan tidak perlu ditulis nama cukup nomor tes, induk atau sejenisnya.
Sekolah untuk belajar bukan sekedar untuk ijazah. Kuliah untuk belajar bukan sekedar untuk titel. Sebagian orang berfikir untuk memperoleh pekerjaan yang layak perlu ijazah sehingga mereka harus sekolah dan kuliah, setelah lulus mereka menggunakan ijazahnya untuk bekerja ditempat yang mereka inginkan bahkan tanpa melihat lagi apakah pekerjaan tersebut sesuai bidang keilmuan mereka atau tidak. Ada orang yang bekerja tidak sesuai dengan keilmuan ataupun titelnya seperti seorang sarjana hukum menjadi guru, seorang sarjana kehutanan bekerja di kantor, dsb. Itulah bukti mereka kuliah bukan untuk memperoleh ilmu tapi lebih kepada untuk memperoleh ijazah dan titel. Bagi mereka yang sungguh-sungguh belajar kelak akan menjadi orang yang sukses.
Mencintai materi pelajaran/perkuliahan dan menjiwainya. Dengan mencintai dan menjiwai materi pelajaran/perkuliahan maka apapun yang dipelajari akan menjadi pengetahuan dan bisa diterapkan dalam kehidupan.
Jalani pekerjaan yang dikuasai. Orang tua diharapkan tidak memaksakan keinginannya kepada anaknya, biarkan mereka memilih sendiri pekerjaan yang mereka inginkan dan kuasai agar mereka bahagia. Jangan sampai ada anak yang terpaksa bekerja yang bukan jiwa atau minatnya. Biarkan anak memilih apa yang terbaik untuk dirinya selama masih dalam koridor kebaikan.
Berhasil karena kemampuan sendiri. Tanamkan kejujuran pada setiap siswa/mahasiswa. Kadang masih ditemukan ada siswa/mahasiswa yang curang saat ujian demi nilai, seharusnya mereka belajar dengan sungguh-sungguh sehingga mereka bisa berhasil karena kemampuan mereka sendiri bukan bantuan buku, catatan kecil atau teman di samping.
Kesimpulan film 3 Idiots adalah sekolah/kuliah tidak untuk ijazah tapi untuk ilmu dan jika ingin bekerja carilah yang sesuai dengan jiwa atau bakat bukan karena kehendak orang tua. Kejarlah kesempurnaan maka kesuksesan akan mendatangi. Bila menghadapi sesuatu berfikirlah semuanya akan baik-baik saja (aal iz well). Kalimat terakhir film tersebut ‘anak-anak! berfikirlah efisien maka kesuksesan ada dibelakangmu’.
Sistem kapitalis-sekular dengan asas manfaat ataupun materi yang menimbulkan berbagai persoalan pendidikan tersebut. Sistem yang memaksa orang ketika ingin bekerja harus memiliki ijazah dan ijazah hanya akan diperoleh dengan sekolah. Ketika ingin bekerja pada pekerjaan yang layak salah satunya PNS maka mereka harus sarjana. Sementara biaya pendidikan begitu tinggi dan kalaupun bisa kuliah bukan untuk belajar (memperoleh pengetahuan) tapi sebatas untuk ijazah dan titel. Ditambah lagi, standar kelulusan hanya dilihat dari angka-angka hasil tes saja, bukan dari kualitas kepribadian atau pengamalannya dalam kehidupan.
Berbeda dengan sistem pendidikan Islam, peserta didik benar-benar memahami ilmu yang diterimanya karena kesadaran akan kewajiban menuntut ilmu karena Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, standar kelulusan tidak hanya dilihat dari angka-angka hasil tes saja tapi juga tingkat kualitas kepribadian Islamya. Adanya negara Khilafah yang menerapkan sistem Islam termasuk pendidikan Islam yang akan menjaga aqidah ummat, menjamin setiap orang dapat mengenyam pendidikan setinggi-tinggi tanpa dipungut biaya (gratis) dan mewujudkan kesejahtraan ummat. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Download Files: Part1 – Part2 – Part3 – part4 – Part5 830MB mHD | Mediafire
password:mediafire4u.com
Download Subtitle Indonesia (cocok untuk DVDRip and mHD)
*sumber
No comments:
Post a Comment
Assalaamualaikum....
Ini web saya yang baru yang bisa di kasih coment yang ngawur.... alias terserah aja feh. he he